Jilbab, Trend atau ..?
by
Aisyah Izzati
- September 20, 2014
Beberapa argumentasi menganggap
bahwa jilbab merupakan penghalang dan pembatas dalam kehidupan. Entah dilihat
dari dunia kerja maupun kehidupan sosial.
Padahal zaman dulu, perempuan
telah diagungkan oleh islam. Mengingat bahwa pada zaman jahiliyah memiliki
seorang anak perempuan adalah aib. Pembunuhan anak perempuan dan pelecehan ada
di mana-mana. Tapi Allah kemudian mengatur sedemikian rupa sehingga Islam mampu
membawa derajat perempuan lebih tinggi.
Dan salah satu penghargaan
sebagai seorang muslimah adalah adanya surga di bawah telapak kakinya. Kadang timbul
pertanyaan kenapa muslimah? Kenapa tidak laki-laki? Jawabnya adalah karena dari
seorang muslimah sebuah peradaban akan dimulai. Dari seorang ibu, sebuah
pengajaran bermula. Seorang anak polos yang dibimbing mengenali dunia, cara
berakhlak, bahkan untuk sekedar berbicara. Dan setiap anak berhak untuk
mendapat seorang ibu yang luar biasa. J
Maka darinya, setiap dari kita (muslimah)selayaknya
memantaskan diri untuk menjadi anak yang berbakti kepada orang tua terutama
ibu. Karena tentu, seorang anak sholihah akan membantu kedua orang tuanya untuk
menapakkan kaki ke surga-Nya.
“Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasul SAW
bersabda. "Barang siapa diamanahi Allah seorang putri, bila mati tidak
ditangisi, dan bila hidup dididik secara baik, dia dapat jaminan surga."
(HR Abu Dawud dan Hakim)
“Dunia
adalah tempat perhiasan. Dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.”
(HR. Muslim)
Nah, bukankah setiap dari kita tahu
bahwa jilbab itu fungsinya untuk menutupi aurat. Aurat apasih? Iya,
bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh yang bukan mahram. Lha mahram
apaan? Mahram itu adalah orang-orang yang boleh melihat aurat kita karena
memiliki hubungan kekeluargaan atau pernikahan.
Ada dua golongan yang boleh melihat aurat kita.
~Perempuan mukmin : aurat
sebatas lengan atas dan lutut.
~Perempuan bukan mukmin
: nah, untuk perempuan bukan mukmin, kita boleh menampakkan aurat kita asalkan kita percaya bahwa
setelah aurat kita terlihat olehnya tidak akan menimbulkan fitnah. Misalnya
akhwat yang rambutnya pendek membuka jilbab di depan perempuan bukan mukmin.
Kemudian orang itu berkomentar yang macam-macam, contohnya, “Lho, katanya tak
boleh menyerupai laki-laki. Ternyata perempuan muslim itu begitu ya...”. atau
hal semacamnya. Dan batas aurat yang boleh terlihat juga sebatas lengan atas
dan lutut.
Jika
dijabarkan, istilah HIJAB itu mencakup tiga hal.
Al-tsaub : merupakan pakaian rumah,
pakaian santai. Pakaian yang semacam ini tidak diperkenankan digunakan di luar
rumah. Namanya juga pakaian rumah ._.
Khimar : Nah, khimar inilah yang
sering kita sebut-sebut sebagai kerudung atau kain penutup kepala.
Jilbab : (Lho kok ada jilbab?)
Nah, kalau jilbab itu merupakan kain yang menjulur. Pernah bacakan definisinya
dalam alquran? Jilbab ini dapat dimisalkan sebagai gamis atau rok.
So, kita
harusnya pakai yang mana?
Jika
ditanya apakah kamu sudah berjilbab? Tentu jawabnya tidak seperti apa yang
difahami oleh yang bertanya. Karena semestinya kita mengenakan khimar dan
jilbab. Gitu.
Trus,
menurutmu apakah jilbab/khimar kita yang lebar dan menutup aurat itu merupakan
hal yang mainstream atau anti mainstream? Jelas anti mainstream dong jawabnya.
Kita bukanlah muslimah berjilbab yang menampakkan aurat seperti beberapa kejadian
di zaman sekarang.
Ada
sebuah pertanyaan menarik dari salah satu peserta siang itu.
“Mbak,
kan jilbab di zaman sekarang ada banyak modelnya. Kalau jilbab yang
dimodel-model gitu tetapi tetap menurut aurat gimana pendapat Mbak?”
“Dengan mengenakan jilbab itu sendiri
sebenranya cantik luar dan cantik dalam kita telah terlindungi. Jika jilbab
malah membuat cantik luar kita nampak, sebaiknya ditutupi. Karena kita tidak
pernah tahu apa pandangan dan imajinasi orang yang meihat cantik luar kita.
Cobalah kita untuk mengurangi hal-hal
yang dapat menimbulkan orang lain berdosa akibat pakaian kita. Bukannya
imajinasi laki-laki itu luar biasa. Melihat sesuatu yang tersingkap saja bisa..whoa....
So, jagalah kita dan sama-sama menjaga orang lain agar mereka tak terciprat
dosa yang tanpa sadar dapat muncul sewaktu-waktu. Padahal kita tidak berniat
demikian. Tapi tetaplah berjilbab rapi, bersih, dan tidak terlihat kumal.” Jawab mbak
Rona.
Nah,
setelah kita berjilbab sesuai syariat, jangan pernah merasa diri kita paling
benar. Bukankah Allah itu mudah membolak-balikkan hati hamba-Nya? Maka dari
itu, jika kita telah ditunjukkan jalan yang benar pertahankan dan tingkatkan
keimanan kita. Lebih top lagi jika kita bisa mengajak teman kita yang belum
berjilbab untuk menutup mahkota yang telah Allah berikan kepada mereka. Atau mengajak
saudara kita untuk lebih “merapikan” jilbabnya.
Tidak ada kebaikan yang tercipta jika
kita hanya diam menunggu tanpa melakukan apa-apa.
dalam acara Grand Karimah oleh Rona Murni H FEB UNS
Rs.3 Gdg III FT, 190914