Lagu - Lagu Jalanan
Perjalanan
mengendarai bus pasti tak asing dengan gerak-gerik penyanyi pinggiran
(sepertinya sebutan ini sedikit lebih halus ketimbang menggunkan
kata-kata pengamen).Terkadang suka menyelinap di antara pemberhentian
lampu merah lalu beranjak naik seraya sudah akrab dengan kernet bus yang
hendak ditumpangi. Mukadimah ala-ala yang di dalamnya tak luput dari
doa agar pendengar sekalian selamat sampai tujuan. Pakaian mereka khas
dengan tentengan gitar sederhana. Nyentrik, unik, dan menggelitik. Tapi
ada juga yang tak meyakinkan. Satu-dua, ada di antara mereka yang
mengenakan pakaiannya yang... yaaah, bisa dikatakan cukup bahkan lebih
untuk sekadar mereka yang membuat dirinya berstatus penyanyi jalanan.
Jika ditanya mengapa, ada beberapa yang menjawab bahwasanya pekerjaan
tak tentu ini justru menghasilkan pundi-pundi yang lebih menggiurkan.
Buktinya, ada saja yang berhasil menemui beberapa di antara mereka yang
berhasil terkuak kedoknya, memeiliki serentet rumah dan alat elektronik
yang tak bisa dibilang sedikit dan murah.
Bebebrapa waktu terakhir saya lebih sering menjumpai mereka dalam
perjalanan pulang dari Jogja ke Magelang. Fantastis! Ada sekitar lima
penyanyi yang secara bergilir, entah sudah saling menentukan antrian
atau bagaimana, mereka kemudian unjuk kebolehan secara bergantian.
Bahkan jika beruntung, akan lebih banyak yang kita jumpai di perjalanan.
Angka rata-rata saja yang saya ingat. Yaaah, sekitar itu. Berawal dari
terminal pemberangkatan, biasanya sekitar satu,dua, atau bahkan tiga
penyani ala-ala ini menyelinap masuk. Duduk di barisan terbelakang
sambil menunggu giliran tampil. Setidaknya begitu yang sering saya
lihat, terlebih posisi duduk saya sering di kursi-kursi paling ujung.
Lalu di beberapa pemberhentian selanjutnya, naiklah para
penyanyi-penyanyi baru yang juga siap mengadu suara, meski terkadang ada
juga yang tertutupi dengan riuhnya kendaraan yang berlalu-lalang.
Setiap
penyanyi tentu memiliki lagu andalannya masing-masing. Ada yang
menyanyikan lagu-lagu cinta, mulai dari senandung jadul sampai yang
paling kekinian. Tak sedikit pula lirik-lirik yang mereka ciptakan
sendiri, menyindir para bedebah negeri dan menyanjung kebaikan yang
mungkin terlihat semu. Ahh, ini bagian favorit saya. Dialek mereka
sederhana di susun di menjadi syair-syair yang lugas tapi menggelitik.
Orang yang mendengar mungkin akan tertawa. Tapi tak sadar, mereka
mengiyakan pesan yang tersirat di dalamnya. Selain itu, baru kemarin
saya menemukan ada seorang penyanyi yang membawakan sesuatu yang unik.
Jika kebanyakan dari kalangan muda menjunjung lagu-lagu pop, penyanyi
yang sudah cukup berumur ini justru mendendangkan sebuah tembang jawa.
Saya sih tidak begitu jelas mendengar, yaa karena bising kendaraan
sering tak mau kalah menghibur penumpang, hha. Cukup unik dan berbeda
dari yang lainnya. Jarang sekali kan penyanyi jalanan menghibur
penumpang dengan perihal-perihal kedaerahan yang menurut saya, juga tak
kalah apiknya dengan tembang-tembang jaman sekarang. Terlebih beberapa
lagu kini sudah tak lagi puitis, gamblang dan seolah isinya sangat
sesaat. Ahh, maafkan saya terlalu subjektif. Hanya luapan pendapat
pribadi.
Masih ada hal yang bisa diamati dari perilaku-perilaku penyanyi
jalanan. Yaitu ketika mereka menyodorkan bekas bungkus permen. Ada yang
dengan cuek mengulurkan kepingan seadanya, melambaikan tangan (bukan
untuk mengucapkan selamat tinggal) menolak memberi, ada pula yang
pura-pura tidur, enggan berkutat dengan sosok-sosok macam mereka. Dengan
ala kadar yang mereka dapat, mereka tetap tersenyum sekenanya. Untung
saja tak banyak penyanyi galak yang memaksa penumpang memberi seserahan
pada mereka. Kalo iya, apalah jadinya keamanan dalam bus nanti.
Begitulah, secuplik pengamatan ala-ala saya. Negeri ini memang lucu
sekali untuk diamati. Karena memang banyak sudut yang masih harus
dibenahi. Orang-orang mungkin sadar bahwasanya ada banyak kekeliruan dan
kesalahfahaman yang terbentuk. Tapi tak banyak dari mereka dan kita
yang mau bergerak. Saya memang cenderung senang mengamati sesuatu,
memikirkan mengapa demikian, dan jika sedang tidak beruntung pemikiran
itu lalu menguap seenaknya. Saya akan sangat senang jika kemudian dapat
mengajak orang-orang terdekat membuka mata mereka lebih lebar. Terlalu
banyak pengalaman yang bisa di bagi dan perihal yang bisa dicari di bumi
ini. Pergerakan yang masif dan satu tujuan itu, menyenangkan.
0 comments