Saudaraku, Bagaimana Kabar Shalatmu?

by - Maret 31, 2014

Saudaraku,
Bagaimanakah dirimu memposisikan qalbu-mu di saat engkau salat? Senadakah  hati dan ucapanmu ketika engkau menyerukan setiap takbir di salatmu? Tidak takutkah qalbu-mu ?

#1
Hatim al-Asham pernah ditanya tentang salatnya. Ia menjawab, “Ketika waktu salat tiba, aku menyempurnakan wudhu, lalu mendatangi tempatyang hendak kupergunakan salat. Aku duduk dulu  sampai seluruh anggota tubuhku siap. Kemudian aku bangun untuk salat. Kuposisikan Ka’bah di depan mataku, jembatan shirath di bawah kakiku, surga di sisi kananku, neraka di sisi kiriku, dan malaikat maut di belakangku. Kubayangkan ia sebagai salat terakhirku. Setelah itu, aku berdiri di antara perasaan harap dan cemas. Aku pun takbir dengan penuh penghayatan, membaca dengan tartil, rukuk dengan tawadhu’, sujud dengan khusyuk, lalu duduk di atas pangkal paha kiri, kemudian membentangkan punggung kakinya, menegakkan kaki kanan di atas jempol. Semua itu kusertai dengan keikhlasan. Selanjutnya aku tidak mengetahui apakah diterima atau tidak. ”

#2


Di lain kisah Anas ibn Malik berkata, “Suatu malam aku masuk kek masjid. Kulihat semacam batang pohon kurma berada di tengah masjid. Aku heran sebab ia belum pernah ada di tempat tersebut.Aku pun mendekat. (Yang kusangka) sebagai batang pohon kurma itu ternyata adalah Rasulullah yang sedang salat. Aku sangat gembira. Aku senang bisa salat bersama Rasulullah. Aku berdiri di sampingnya dan beliau memulai salat dengan membaca surah al-Baqarah. Ketika itu aku mengira, ‘Beliau mungkin berhenti pada ayat keseratus,’ pikirku lagi. Ternyata beliau membaca surat tersebut sampai selesai. ‘Barangkali beliau menyelesaikannya dan kemudian rukuk’. Ternyata beliau meneruskan dengan surat Al-Imran. Aku berpikir ‘Beliau mungkin berhenti pada ayat keseratus.’Tetapi, ternyata beliau menyelesaikan surat Al-Imran. Aku pun berpikir, ‘Barangkali beliau menyelesaikannya dan kemudian rukuk’. Tapi ternyata beliau meneruskan dengan surat An-Nisaa. Aku berpikir, ‘Beliau mungkin berhenti pada ayat keseratus’. Tapi ternyata beliau menyelesaikan surat An-Nisaa.   ”

You May Also Like

0 comments