Microlibrary : Sebuah Contoh Upaya Penghematan Energi

by - Juli 03, 2018

Microlibrary, Sebuah Upaya Aplikasi Ekologi dalam Menghemat Energi

Microlibrary Bandung (Photo by Sanrok Studio)

Microlibrary  merupakan perpustakaan umum yang terletak di taman Bima, Bandung, Jawa Barat. Perpustakaan ini digagas atas hasil kerja sama Pusat Sumber Belajar (PSB) Makmal Dompet Duafa, Pemkot Bandung, SHAU Architecture and Urbanism Jawa Barat. Lahan yang terbatas tidak menutup kemungkinan konsep ekologi dapat diterapkan pada sebuah bangunan perpustakaan kecil yang berada di area pemukiman kota. Selain material yang digunakan, bentuk dari Microlibrary pun terlihat berbeda dan menonjol dibandingkan bangunan-bangunan di sekitarnya. 

Heinz Frick menyebutkan dalam bukunya Dasar-Dasar eko-arsitektur bahwa ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya. Ekologi dalam bidang arsitektur kerap diidentikkan dengan konsep "kembali ke alam" serta penggunan material alami. Termasuk optimalisasi teknologi bangunan terutama dalam hal efisiensi material dan penggunaan energi yang dihabiskan.

Pencahayaan Alami

Pencahayaan merupakan salah satu aspek penting dalam arsitektur ekologi. Konsep ini menuntut sebuah bangunan agar dapat lebih mengutamakan pemanfaatan energi alami daripada buatan. Penerapan konsep hemat energi dengan mengoptimalkan pencahayan alami pada Microlibrary salah satunya yakni dengan memerhatikan orientasi bangunan terhadap lahan dan peredaran matahari. Bangunan Microlibrary menghadap ke arah Barat Daya. Area membaca di dalam ruangan berada di bagian Timur Laut dan Barat Daya yang terpapar oleh sinar matahari. Sebagai hasilnya, pencahayaan untuk aktivitas membaca lebih mudah tercukupi.

Cahaya dengan mudah masuk karena bangunan Microlibrary berada di tengah lapangan. Bangunan Microlibrary jauh dari gedung bertingkat maupun tanaman besar yang dapat berpotensi menghalau sinar matahari masuk ke bangunan. Hal tersebutlah yang membuat cahaya langsung menuju ke bangunan. 
Cahaya akan tetap masuk baik dalam keadaan jendela tertutup atau terbuka. Di sisi lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bangunan Microlibrary ini menghadap ke arah Barat. Pada pagi hari, sinar matahari akan menyinari sisi Timur bangunan sehingga menyebabkan bayangan jatuh ke Barat. Akibatnya bayangan yang jatuh di bagian Barat akan membuat lingkungan menjadi lebih sejuk karena tidak terkena sinar matahari langsung.

Selain dicapai melalui penempatan objek dan orientasi bangunan dalam tapak, pencahayaan alami juga dapat dioptimalisasi dari keempat sisi tampak yang menggunakan bahan tembus cahaya, yakni polikarbonat. Meskipun bukaan terdapat pada seluruh sisi bangunan, intensitas cahaya yang masuk tetap dapat di kontrol dengan cara membuka atau menutup jendela.
Dinding Microlibrary dalam keadaan terbuka dan tertutup (Dokumentasi pribadi) 

Akustik Bangunan

Akustik bangunan juga merupakan salah satu aspek dalam ekologi arsitektur yang menentukan kenyamanan suatu ruang. Pengaturan akustik bangunan dipengaruhi oleh fungsi dan kegiatan dari bangunan yang bersangkutan. Perpustakaan sebagai tempat yang mewadahi kegiatan membaca tentu membutuhkan ketenangan dan gangguan kebisingan yang rendah. Pada kondisi ini, Microlibrary SHAU terletak di sebuah lapangan di area pemukiman warga dan dekat dengan Jalan Arjuna, sebuah jalan raya yang cukup besar. Jalan tersebut terletak hanya beberapa meter dari lokasi Microlibrary yang banyak dilalui oleh kendaraan umum maupun pribadi dan cukup menimbulkan kebisingan.

Lingkungan merupakan faktor terbesar yang memengaruhi kebisingan di dalam bangunan. Jika dilihat dari kondisinya, letak Microlibrary dikelilingi oleh berbagai sumber kebisingan. Sumber kebisingan pertama berasal dari kendaraan yang berlalu lalang di sekitar lokasi Microlibrary. Faktor pemicu kebisingan lain terdapat pada kegiatan yang ada di lapangan tempat bangunan ini didirikan. Ruangan pada lantai dasar dari Microlibrary merupakan sebuah open stage atau panggung terbuka. Panggung ini digunakan untuk kegiatan seperti acara dan kumpul komunitas. Selain itu, perpustakaan Microlibrary juga dilengkapi oleh fasilitas lapangan olahraga.
Aktivitas Olahraga di Lapangan Microlibrary (Dokumen Pribadi)
Hal lain yang menjadi faktor bising di dalam bangunan adalah pelubangan yang terdapat pada dinding. Pelubangan ini memang berfungsi baik dalam aspek pencahayaan dan penghawaan namun tidak dapat menyaring kebisingan dari luar sehingga mudah masuk ke dalam bangunan.

Upaya sang arsitek dalam meredam kebisingan yang ada adalah dengan meletakkan bangunan tidak tepat di tepi jalan melainkan menjorok ke dalam agar suara kendaraan dapat tereduksi. Keberadaan vegetasi di lingkungan sekitar Microlibrary juga membantu mereduksi kebisingan tersebut. Vegetasi tersebut adalah pepohonan dan semak-semak yang mengitari sekeliling site. Selain itu, bangunan Microlibrary menggunakan karpet sebagai penutup lantai. Karpet merupakan salah satu bahan yang dapat meredam bunyi sehingga efektif dalam mengatur akustik di dalam bangunan.

Pemilihan Material

Ekologi yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Bangunan dapat dikatakan ekologis salah satunya dilihat dari material yang digunakan pada bangunan. Pemilihan material juga akan berdampak pada konsumsi energi pada bangunan tersebut. Pada Microlibrary ini dapat ditemukan konsep reuse material pada penutup dinding yaitu wadah es krim bekas yang dijual oleh warga sekitar.

Penggunaan kembali material wadah es krim menghemat konsumsi energi dan ramah terhadap lingkungan baik pada saat proses pembangunan maupun dampaknya setelah bangunan tersebut berdiri. Pada proses konstruksi, wadah es krim sebagai pengisi dinding tidak membutuhkan penggunaan sumber daya. Berbeda apabila pengisi dinding menggunakan material konvensional seperti batu bata yang
membutuhkan sumber daya alam seperti air tanah, tanah, dan pasir pada proses pengerjaannya. Di sisi lain, wadah es krim bekas ini menghemat penggunaan energi listrik yang mendukung pengoptimalan cahaya alami dengan penggunaannya sebagai pengisi dinding. Penggunaan material wadah es krim sebagai pengisi dinding dapat dilihat pada gambar berikut :
Microlibrary Dinding Ember
Penggunaan material ember bekas sebagi pengisi dinding (Dokumentasi pribadi)

Penggunaan material bekas akan berdampak dalam mengurangi limbah pada pembuangan akhir dan bermanfaat dalam memperpanjang usia pemakaian bangunan. Keputusan menggunakan kembali bekas wadah es krim ini dapat memberi nilai edukasi kepada masyarakat setempat untuk lebih memanfaatkan limbah yang ada sehingga dapat menjadi produk yang lebih berguna.


___
Text : Aisyah, Karima, Sabrina
Foto : Aisyah, Karima, Sabrina

You May Also Like

0 comments