Saudaraku, Bagaimana Kabar Shalatmu?
Saudaraku,
Bagaimanakah dirimu memposisikan qalbu-mu di saat engkau salat? Senadakah hati dan ucapanmu ketika engkau menyerukan
setiap takbir di salatmu? Tidak takutkah qalbu-mu
?
#1
|
Hatim al-Asham pernah ditanya tentang salatnya. Ia menjawab,
“Ketika waktu salat tiba, aku menyempurnakan wudhu, lalu mendatangi tempatyang
hendak kupergunakan salat. Aku duduk dulu
sampai seluruh anggota tubuhku siap. Kemudian aku bangun untuk salat.
Kuposisikan Ka’bah di depan mataku, jembatan shirath di bawah kakiku, surga di
sisi kananku, neraka di sisi kiriku, dan malaikat maut di belakangku.
Kubayangkan ia sebagai salat terakhirku. Setelah itu, aku berdiri di antara
perasaan harap dan cemas. Aku pun takbir dengan penuh penghayatan, membaca
dengan tartil, rukuk dengan tawadhu’, sujud dengan khusyuk, lalu duduk di atas
pangkal paha kiri, kemudian membentangkan punggung kakinya, menegakkan kaki
kanan di atas jempol. Semua itu kusertai dengan keikhlasan. Selanjutnya aku
tidak mengetahui apakah diterima atau tidak. ”
#2
|
Di lain kisah Anas ibn Malik
berkata, “Suatu malam aku masuk kek masjid. Kulihat semacam batang pohon kurma
berada di tengah masjid. Aku heran sebab ia belum pernah ada di tempat
tersebut.Aku pun mendekat. (Yang kusangka) sebagai batang pohon kurma itu
ternyata adalah Rasulullah yang sedang salat. Aku sangat gembira. Aku senang
bisa salat bersama Rasulullah. Aku berdiri di sampingnya dan beliau memulai
salat dengan membaca surah al-Baqarah. Ketika itu aku mengira, ‘Beliau mungkin
berhenti pada ayat keseratus,’ pikirku lagi. Ternyata beliau membaca surat
tersebut sampai selesai. ‘Barangkali beliau menyelesaikannya dan kemudian rukuk’.
Ternyata beliau meneruskan dengan surat Al-Imran. Aku berpikir ‘Beliau mungkin
berhenti pada ayat keseratus.’Tetapi, ternyata beliau menyelesaikan surat
Al-Imran. Aku pun berpikir, ‘Barangkali beliau menyelesaikannya dan kemudian
rukuk’. Tapi ternyata beliau meneruskan dengan surat An-Nisaa. Aku berpikir, ‘Beliau
mungkin berhenti pada ayat keseratus’. Tapi ternyata beliau menyelesaikan surat
An-Nisaa. ”
0 comments