#Profile : Tentang Seorang Pujangga yang Berlabuh ke Polandia
Sebenarnya
ini hanyalah sebuah keisengan. Karena sedang tidak ada topik untuk menulis,
jadi saya memilih untuk lebih memperkenalkan kepada dunia sosok yang sangat
ajaib. Begitulah sekiranya kami mengenalnya sepanjang tiga tahun ini.
Nama indah
yang dititipkan pada insan mulia ini. Lahir di Blitar tepatnya pada 24 April, delapan
belas tahun silam. Yang kemudian atas izin-Nya kami bertemu dengan sosok yang
kerap kami sapa dengan “bunda” ini.
Sebuah
sapaan pasti terlahir karena sifat yang dibawa pribadi tersebut tentunya.
Pantas saja, dengan sifatnya yang keibuan dan suka menolong ini Ia menjadi
ketua angkatan saya saat masih kelas X, MAN Insan Cendekia Serpong. Tangannya
yang selalu terbuka untuk menolong sesama dan suka tersenyum, membuat kami
segan padanya. Uyun ini adalah sosok yang juga sangat menghargai orang lain.
Andai saja kamu datang padanya untuk bercerita atau meminta pendapat, Uyun akan
menjadi telinga dan pemberi saran yang baik. Ia juga merupakan story teller yang sangat ekspresif. Dan
saat bercerita, terkadang Ia suka tertawa sendiri.
Pribadi
yang mudah bergaul ini merupakan salah satu pujangga angkatan. Kelihaiannya
membuat puisi jangan ditanyakan lagi. Hal tersebut tentu dibarengi dengan aksi
mantapnya saat membaca puisi. Sering kami dibuat bergetar saat mendengar bacaan
puisinya. Suaranya lantang, tegas, dan membahana. Yakin, kalian harus
mendengarnya walaupun sekali. Begitulah Ia dengan prestasi yang diraihnya pada
sebuah Lomba Cipta Baca Puisi 4 Pilar se-Jabodetabek. Uyun
dianugerahi sebagai pemenang utama lomba tersebut untuk kategori perempuan.
Tentu, sudah tidak diherankan jika Ia memenangkan kontes ini.
Di samping
itu, Uyun merupakan sosok yang cerdas dan ceria. Gelar juara satu paralelnya
saat kelas XI mengantarkannya untuk melakukan study exchange pada sebuah program yang diselenggarakan oleh
Kizuna, sebuah lembaga jepang. Walhasil hadiah-Nya itu sangat membuatnya
senang, tentu karena semakin banyak kenalan yang Ia dapat. Setelah perjalanan
singkatnya ke Jepang, Uyun pun mempresentasikan apa yang telah di dapatnya dari
negeri matahari terbit itu kepada kami. Ia juga membawakan oleh-oleh berupa
karet gelang warna-warni yang menurut penduduk setempat melambangkan ikatan.
Sedihnya,
beberapa teman kamarnya mengaku sedih karena Uyun jarang berada di kamar untuk
ikut berbagai kegiatan. Ya, wajar dia kan cerdas. Entah tiba-tiba hilang untuk
pergi umrah, ke jepang untuk mengahdiri Kizuna, atau sekadar pelatihan
olimpiade. Iya. Jadi, Uyun ini termasuk salah satu aktifis di bidang
Geografi. Ia masuk dalam klub ICOT
(Insan Cendekia Olymphiad Team) yang menghantarkannya menuju pintu gerbang OSN
tingkat nasional (yang ini dibahas nanti lagi ya). Saking jagonya, kami sampai
menyebutnya peta berjalan. Mungkin peta telah menjadi kawan karibnya sejak
lama. Hafalnya Ia dengan letak berbagai tempat di dunia sama lihainya dengan
hafalnya Ia dengan muka orang. Uyun ini suka sekali mengingat muka orang yang
pernah dikenalinya.
Nah,
selain pengalamannya ke jepang. Akhirnya Uyun mendapat beasiswa untuk
melanjutkan studinya ke APU, Asian
Pasific University. Tapi beasiswa yang didapatnya itu tidak termasuk biaya
hidup. Jadi masih harus menambal kekurangan. Uyun pun mengikuti seleksi untuk
mendapatkan beasiswa ILA (lembaga milik kementrian agama yang memberikan
beasiswa kepada siswa-siswi lulusan MAN). Dalam perjalanannya, Ia bercerita,
seandainya Ia tidak mendapat beasiswa ILA untuk studinya di APU, tentu Ia harus
mengikuti SBMPTN. Padahal Uyun sudah mantap tidak mendaftarkan diri pada
seleksi undangan PTN, SNMPTN. Apalagi dengan kondisinya yang sering
meninggalkan kelas untuk latihan platnas (Pelatihan Nasional) OSN, menghadapi
SBMPTN yang kualitas soalnya wah, menjadi kekhawatiran sendiri baginya.
Lebih-lebih saingan peserta ILA banyak yang merupakan siswa yang baru-baru ini
melakukan study exhange ke Amerika.
Dan untuk IPS, yang diterima beasiswa ILA hanya dua orang saja. Tambah
deg-degan tentunya.
Dan...
hadiah dari Allah memang selalu menakjubkan. Uyun terpilih menjadi salah satu
penerima beasiswa ILA. Dan tinggallah melakukan persiapan menuju sekolah
selanjutnya.
Sekarang
mengenai platnas yang membuatnya jarang berada di asrama. Begitu sampai Ia menjejaki
kelas XII. Sebenarnya awal-awal Uyun masih sering bersama kami. Tapi karena
kesuksesannya meraih medali perunggu di OSN tingkat provinsi, membuatnya harus
maju untuk tahap seleksi selanjutnya. Pelatihan ini memang memakan banyak
waktu. Bahkan sampai detik-detik wisuda. Uyun harus mengikuti tes ini-itu agar
bisa terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti iGeo (International
Geografi Olymphiad). Kami masih ingat saat Uyun begitu ingin melangsungkan
wisuda bersama kami. Ia bela-belain
memajukan beberapa tesnya agar bisa pulang sebelum hari-H wisuda. Kami juga
ingat, saat terkadang berkumpul di living astri H dan menerima telefon dari
Uyun, pasti kami langsung mengerubungi itu hp asrama. Iya, kangen. Uyun
menanyakan kabar kami, sedang apa kami, dan minta doa agar dilancarkan
urusannya. Kadang suara kami riuh karena begitu senang mendengar suara bunda
angkatan ini. Dan keributan ini malah justru membuat suara tawa atau
sesenggukan dari seberang telefon. Ah, saat-saat itu.
Hari
wisuda kami jatuh pada 31 Mei 2014. Malam sebelumnya, sekitar jam 24.00 kami
menerima telefon bahwa Uyun sudah tiba. Beberapa dari kami pun langsung turun
ke lantai satu untuk menyambut kedatangannya. Dan saat Uyun memasuki asrama,
kompak kami menyanyikan “selamat datang Uyun” dengan nada lagu happy birthday. Eh, Uyun malah langsung
nangis di depan pintu. Kami memeluknya, menyalaminya, dan mengantarnya ke
kamar. Satu mimpi Uyun pun terwujud lagi untuk bisa wisuda bersama angkatannya,
Magnivic Alencearin.
Perihal
yang membuatku juga terkesan adalah peristiwa beberapa hari saat libur UN.
Ceritanya beberapa di antara kami baru saja melangsungkan pendakian di Gunung
Gede. Setelah pendakian itu, saya meminta pesan dari Uyun yang dituliskan di
sebuah notes cokelat kecil. Sebenarnya hal ini juga dilakukan oleh beberapa
siswa lain. Kagetnya, Uyun menulis beberapa kalimat yang ada di beberapa entri
di blogku beserta tanggalnya. Hal itu tentu membuatku sangat tersanjung (terima
kasih, Uyun). Ia memang unpredictable.
Setelah
beberapa hari atau minggu setelah wisuda, tepatnya kapan saya lupa, kami
mendapat berita bahwa Uyun lulus platnas dan akan maju mewakili Indonesia pada
iGeo di Polandia. Polandia, men! Kami yang mendengarnya saja bangga, haru,
takjub, dan entahlah tidak bisa digambarkan. Apalagi Uyun yang mengalaminya.
Pasti Ia sangat senang.
Siapapun
yang membaca ini, mohon doanya. Tidak hanya untuk Uyun tapi juga untuk semua
perwakilan Indonesia yang mengikuti International
Olymphiad lainnya. Semoga mereka dapat mengharumkan bangsa Indonesia.
Membuktikan bahwa Indonesia mampu dan tidak hanya dijadikan keset belaka.
Mungkin
ini, sedikit rangkaian cerita mengenai Uyun, sosok yang kharismatik. Tidak
sempurna memang. Tapi mungkin jika kalian telah menemuinya, kalian bisa
menemukan bagian mana yang hilang. Karena di setiap perjalanannya selalu
menarik untuk didengar, untuk diambil pelajaran, untuk dijadikan panutan.
Saya tidak
yakin ada berapa Uyun di dunia ini, tapi kalian harus menemui Uyun yang satu
ini.
Terima kasih bunda, engkau sangat
berharga.
Doakan aku bisa menyusulmu ke Jepang
nanti:’D
0 comments