Alhamdulillah

by - Desember 25, 2012

Alhamdulillah.


Kata yang mestinya secara rutin kulantunkan, seperti pesan guruku. Apapun itu harus kita syukuri. Segalanya jangan disesali dan jangan kita mudah mengeluh. Setidaknya begitulah rumitnya proses perjalanan pulangku semester ini. Mau tidak mau berjuta ujian yang jarang kualami ini tertimpakan sudah.

Seperti biasa, aku pulang kembali ke Magelang bersama rombongan menggunakan bus. Kali ini beruntungnya terdapat lebih banyak teman. Terlebih lagi ada ibu dan adikku yang ikut  menjemput. Alhasil rombongan yang terdiri atas sepuluh orang ini berangkat menuju tempat mangkal bus sekitar jam 2 siang. Untuk menghadapi persiapan kami berangkat lebih awal meskipun di jadwal bus baru berangkat pukul 4 sore. Dan di Muncul-lah kami terdiam menunggu bus.
           
Dalam penantian yang panjang ini, hal ganjil mulai bermunculan. Pukul 5 sore mulai perlahan berlalu. Tidak ada tanda-tanda datangnya bus yang akan kami tumpangi. Meskipun dulu hal seperti ini pernah terjadi padaku, tapi seingatku, setidak-tidaknya jam 6 sore pangkalan tersebut sudah mulai kami tinggalkan. Namun sepertinya tidak untuk saat ini.  Jam tetap tak berhenti berputar bersama dengan tidak kunjung datangnya bus tersebut. Beberapa orang di pangkalan mulai tampak jengkel.

Walhasil secara ajaib, keberangkatanku tertunda selama 15 jam. Ya, selama itu pulalah kami hanya duduk pasrah menunggu bus datang. Apalagi mendengar kabar dari agen di pangkalan tersebut yang menyatakan bahwa busnya baru sampai di Cikampek. Sontak hal tersebut membuat beberapa orang naik pitam. Mengingat bahwa beberapa jam yang lalu agen tersebut mengatakan bus berada pada tempat yang sama. Pada intinya bus baru datang pukul 24.00.

Namun  kisah tak berhenti di sini. Sebenarnya dari sekian banyak orang yang menunggu terdapat dua macam tiket yang ada di antara mereka. Sedangkan bus yang datang adalah bus nomor 1. Orang-orang yang tidak ingin ketinggalan-tidak peduli mereka bus berapa-langsung menaiki bus tersebut. Dan secara  enaknya sang kondektur berkata bahwa yang tidak punya tiket berwarna pink jika ingin naik harus punya bagaimanapun caranya. Jelas hal ini semakin membikin orang-orang jengkel. Mereka yang merasa ditelantarkan selama berjam-jam ternyata malah semakin diperrumit kepulangannya. Apalagi selama 15 jam penantian tersebut beberapa orang yang sudah putus asa memilih  pulang ke rumah dan membei tiket baru. Akhirnya pukul 1.00 pagi bus tersebut mulai bergerak meninggalkan Serpong. Di dalamnya tidak sedikit orang-orang yang tidak mendapat tempat duduk dan memilih glengsoran di antai.

Yang bisa kulakukan agar aku tidak merasakan begitu lamanya waktu perjalanan adalah dengan tidur. Dengan harapan ketika membuka mata, setidaknya sudah berada di tempat yang lumayan dekat dengan tujuan. Saat mata kubuka sekitar pukul 6 pagi, Subhanallah-nya bus ini baru sampai di daerah Indramayu. Betapa ternyata masih panjang perjalananku. Biarlah.

Nyatanya macet pun tak lama kemudian merundung hari Minggu, 23 Desember itu. Kembali aku terbangun saat menjelang siang. Dan ketika matahari semakin terik justru, bus ini malah berhenti. Bukan tanpa alasan. Rantai bus ternyata bermasalah. Dan selama lebih dari 2 jam kami para penumpang terlantar di Bumiayu. Alhamdulillah, dengan terdamparnya kami, salat dzuhur dan ashar yang kami jama’ bisa  berjalan begitu tenangnya di sebuah masjid yang sejuk.  Sama seperti saat keberangkatan. Selama dua jam penungguan itu pula, penumpang yang tidak kuasa menunggu pun beralih ke bus lain yang lewat. Pukul setengah dua mungkin, bus lain datang menjemput. Kami segera menaiki bus tersebut melanjutkan perjalanan.

Jam tangan menunjukkan pukul 7 malam. Dan kami baru sampai di Purworejo. Dan di sanalah kami turun dari bus tersebut. Malam yang sudah lama menjelang itu memang tidak menghadirkan bus jurusan Purworejo-Magelang barang satu bus pun. Dengan sedikit tawar-menawar yang alot. Sebuah mobil pun kami sarter.

Sekitar pukul 21.30 aku berhasil menginjakkan kaki di rumah. Ya, perjalanan pulang semester ini sempurna memakan waktu 20 jam  30 menit. Padahal perkiraan, aku akan sampai di rumah setidaknya saat waktu asar tiba jika keberangkatannya adalah pukul satu pagi. Begitulah yang kunalarkan. Karena setahuku biasanya kepulanganku hanya memakan 14 jam perjalanan.

Alhamdulillah, mungkin inilah kado tak terduga yang Allah hadiahkan kepadaku. Mungkin inilah jawaban Allah atas doa yang pernah aku lantunkan. Ketika kita meminta Allah untuk menjadikan kita sabar. Maka Allah akan datangkan kepada kita sejuta ujian yang menguji kesabaran itu.

You May Also Like

0 comments