Ternyata Tak Dikunci

by - Desember 25, 2012

           Sebenarnya tidak begitu penting untuk sekadar ditulis. Tapi lumayan buat memenuhi entri di blog yang sudah apa kabar. Statement  yang bisa membuat orang-orang bermuka merah (saat itu dua arah). Aku.
            Pagi sehabis olahraga.  Sebenarnya ingin membeli sesuatu  yang sudah tak ada lagi waktu untukku aku beli. Ingin menitip niatnya. Kulihat seseorang berjalan dari kejauhan. Anak laki-laki. Oh, setelah kutanya ternyata dia tidak mau izin keluar unutk reguler. Dia sedang ingin pergi ke ROM (Ruang OSIS dan MPS). Tapi katanya tutup.
“Lho, bukannya ada sandal…”
“Iya, tapi setelah kutengok. Keadaannya tetap sama. Gelap. Sepertinya dikunci”
            Aku ber-oh dan semua kembali ke kesibukan masing-masing.
       Siang… Sudah seharusnya aku mengambil Koran. Dengan sedikit memaksa memelas, aku ditemani Mila berjalan menuju ROM untuk mengambil Koran. Sesampainya di sana. Nihil. Terkunci. Mila bertanya dengan apa koran hari sebelumnya kuambil. Dengan meringis, kutunjuk sebuah galah untuk lempar lembing yang tersandar di ujung tembok. Dicutik. Mila dengan sigap melompat mengambil galah tersebut. Aku terkaget dan berusaha menolak anjurannya. Toh, sehabis asar ROM pasti dibuka. Kata Mila nanggung. Kami sudah terlanjur sampai di sini.
            Dia pun bertanya bagaimana bisa kuraih koran dengan sebatang  galah itu. Kujelaskan bahwa hari sebelumnya aku mengambil koran dengan cara yang sama. Bahkan saat itu aku sudah memegang kunci ROM, tapi tetap saja aku tidak tahu cara membukanya. Kukatakan bahwa waktu yang lalu kugeret meja yang menghalangi jendela di samping pintu ROM. Dari jendela yang tidak terkunci itu galah tersebut kumasukkan untuk menggaet koran yang ada di dalam. Saat itu berasa pencuri korang yang ulung. Hhe.
       Alhasil, dengan cara itu pula koran tanggal 18 November “dicutik” dari kediamannya. Dengan sedikit terengah-engah, sang koran pun berhasil bergerak mendekat. Tinggal 30-40 cm dari jendela tempat kita melintangkan galah. Haah…puncaknya tiba. Semua ini akan segera berakhir. Tinggal memasukkan tangan dan meraih koran.
“Lho, nggak usah gitu juga tho”
Deg.
Ada suara menggelegar berasal dari dalam ruangan. Ternyata dari tadi ruangan itu ada penghuninya (sang ketos). Duh kenapa nggak dari tadi, pikirku. Koran yang tinggal seujung penggaris itu pun diambilnya. Pintu ROM Ia buka dari dalam. Dan dari situlah pada akhirnya koran tersebut keluar dari huniannya.
Ya. Hari itu, betapa malu!
Seandainya orang-yang juga membantuku memasang  koran tempo hari- tersebut tahu bahwa dengan cara itu koran kemarin kuambil. Dicutik-cutik?! Mau ditaruh di manalah muka ini kemudian.

You May Also Like

0 comments