Lagu - Lagu Jalanan

by - Juli 06, 2015

Perjalanan mengendarai bus pasti tak asing dengan gerak-gerik penyanyi pinggiran (sepertinya sebutan ini sedikit lebih halus ketimbang menggunkan kata-kata pengamen).Terkadang suka menyelinap di antara pemberhentian lampu merah lalu beranjak naik seraya sudah akrab dengan kernet bus yang hendak ditumpangi. Mukadimah ala-ala yang di dalamnya tak luput dari doa agar pendengar sekalian selamat sampai tujuan. Pakaian mereka khas dengan tentengan gitar sederhana. Nyentrik, unik, dan menggelitik. Tapi ada juga yang tak meyakinkan. Satu-dua, ada di antara mereka yang mengenakan pakaiannya yang... yaaah, bisa dikatakan cukup bahkan lebih untuk sekadar mereka yang membuat dirinya berstatus penyanyi jalanan. 

         Jika ditanya mengapa, ada beberapa yang menjawab bahwasanya pekerjaan tak tentu ini justru menghasilkan pundi-pundi yang lebih menggiurkan. Buktinya, ada saja yang berhasil menemui beberapa di antara mereka yang berhasil terkuak kedoknya, memeiliki serentet rumah dan alat elektronik yang tak bisa dibilang sedikit dan murah. 

           Bebebrapa waktu terakhir saya lebih sering menjumpai mereka dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Magelang. Fantastis! Ada sekitar lima penyanyi yang secara bergilir, entah sudah saling menentukan antrian atau bagaimana, mereka kemudian unjuk kebolehan secara bergantian. Bahkan jika beruntung, akan lebih banyak yang kita jumpai di perjalanan. Angka rata-rata saja yang saya ingat. Yaaah, sekitar itu. Berawal dari terminal pemberangkatan, biasanya sekitar satu,dua, atau bahkan tiga penyani ala-ala ini menyelinap masuk. Duduk di barisan terbelakang sambil menunggu giliran tampil. Setidaknya begitu yang sering saya lihat, terlebih posisi duduk saya sering di kursi-kursi paling ujung. Lalu di beberapa pemberhentian selanjutnya, naiklah para penyanyi-penyanyi baru yang juga siap mengadu suara, meski terkadang ada juga yang tertutupi dengan riuhnya kendaraan yang berlalu-lalang. 

      Setiap penyanyi tentu memiliki lagu andalannya masing-masing. Ada yang menyanyikan lagu-lagu cinta, mulai dari senandung jadul sampai yang paling kekinian. Tak sedikit pula lirik-lirik yang mereka ciptakan sendiri, menyindir para bedebah negeri dan menyanjung kebaikan yang mungkin terlihat  semu. Ahh, ini bagian favorit saya. Dialek mereka sederhana di susun di menjadi syair-syair yang lugas tapi menggelitik. Orang yang mendengar mungkin akan tertawa. Tapi tak sadar, mereka mengiyakan pesan yang tersirat di dalamnya. Selain itu, baru kemarin saya menemukan ada seorang penyanyi yang membawakan sesuatu yang unik. Jika kebanyakan dari kalangan muda menjunjung lagu-lagu pop, penyanyi yang sudah cukup berumur ini justru mendendangkan sebuah tembang jawa. Saya sih tidak begitu jelas mendengar, yaa karena bising kendaraan sering tak mau kalah menghibur penumpang, hha. Cukup unik dan berbeda dari yang lainnya. Jarang sekali kan penyanyi jalanan menghibur penumpang dengan perihal-perihal kedaerahan yang menurut saya, juga tak kalah apiknya dengan tembang-tembang jaman sekarang. Terlebih beberapa lagu kini sudah tak lagi puitis, gamblang dan seolah isinya sangat sesaat. Ahh, maafkan saya terlalu subjektif. Hanya luapan pendapat pribadi.

                 Masih ada hal yang bisa diamati dari perilaku-perilaku penyanyi jalanan. Yaitu ketika mereka menyodorkan bekas bungkus permen. Ada yang dengan cuek mengulurkan kepingan seadanya, melambaikan tangan (bukan untuk mengucapkan selamat tinggal) menolak memberi, ada pula yang pura-pura tidur, enggan berkutat dengan sosok-sosok macam mereka. Dengan ala kadar yang mereka dapat, mereka tetap tersenyum sekenanya. Untung saja tak banyak penyanyi galak yang memaksa penumpang memberi seserahan pada mereka. Kalo iya, apalah jadinya keamanan dalam bus nanti.


                 Begitulah, secuplik pengamatan ala-ala saya. Negeri ini memang lucu sekali untuk diamati. Karena memang banyak sudut yang masih harus dibenahi. Orang-orang mungkin sadar bahwasanya ada banyak kekeliruan dan kesalahfahaman yang terbentuk. Tapi tak banyak dari mereka dan kita yang mau bergerak. Saya memang cenderung senang mengamati sesuatu, memikirkan mengapa demikian, dan jika sedang tidak beruntung pemikiran itu lalu menguap seenaknya. Saya akan sangat senang jika kemudian dapat mengajak orang-orang terdekat membuka mata mereka lebih lebar. Terlalu banyak pengalaman yang bisa di bagi dan perihal yang bisa dicari di bumi ini. Pergerakan yang masif dan satu tujuan itu, menyenangkan.

You May Also Like

0 comments