See Ya Ramadhan

by - Oktober 08, 2013

Alhamdulillah.
The word I should say. Thanks God.

Sebulan penuh perjuangan itu telah terlewati. Bersama semua perbaikan tentunya. Pagi ini orang-orang mengumbar bahwasnya kali itu akan menjadi sahur terakhir mereka. Bagiku seharusnya ada tambahan pada kalimat menggantung itu. Agar ini bukan sahur terakhir di Ramadhan ini, bukan begitu? Yah, setiap orang pasti selalu mendamba untuk bertemu bulan suci itu pada tahun selanjutnya. Tapi seharusnya, pun kalau mereka (juga saya) masih ingin bertemu bulan tersebut, apa yang sudah kita perbuat sebagai langkah perbaikan di Ramadhan ini tidak lenyap begitu saja. Realitanya, seringkali kita begitu nafsu untuk berburu pahala di bulan sejuta berkah itu. Membaca Al Quran sampai beberapa kali khatam, salat rawatib dan dhuha semakin giat, tambah lagi sedekah yang tak henti-henti. Begitu Ramadhan perlahan berganti menjadi Syawal dan bulan-bulan selanjutnya, ke mana semua amalan itu pergi?

Kita menangis ketika mendengar suara gemuruh takbir itu dikumandangkan...
Berharap pada hari itu kita bak bayi yang terlahir tanpa dosa...
Menjabat setiap tangan keluarga, memohon maaf dengan kalimat khas idul fitri...
Semerbak senyum, ramah kepada setiap orang...

Apakah semua itu hanya bisa dilakukan di hari fitri itu? Bukannya tidak?
Tapi, sebuah momen yang hanya terjadi sekali dalam setahun ini memang menjadi pemersatu tersendiri. Siapa juga yang akan menyangka bakal terjadi seperti ini di tahun selanjutnya.
Bisa jadi tanpa kehadiran si A, atau si B. Bisa jadi berhari raya di tempat yang  tak kita duga, di negeri orang misalnya, atau bahkan lebih buruknya *na’udzubillah tidak bertemu dengannya lagi.

Kesempatan yang  seharusnya memang tak patut disia-siakan. Juga jangan hanya getol beribadah semusim.


Bukankah Istiqomah itu penting?

You May Also Like

0 comments