Tetangga Desa

by - Januari 02, 2019

Aku tinggal di sebuah dusun kecil di Magelang. Gergunung namanya. Jangan kau bayangkan rumah-rumah di sini tertata rapi seperti perumahan kota. Di belakang rumah kami banyak sawah, sungai, dan kebon yang dulu sering kujadikan tempat berpetualang ala anak 90-an. Akrab menyisir tapak sawah sembari sok melakukan penemuan luar biasa hasil menyusuri anak sungai. Walaupun sebenarnya, tak ke mana-mana.

Rumah-rumah kami tidak rapat atau teratur seperti paving trotoar. Jalan-jalan kecil tidak diberi nama layaknya gang di tempat kebanyakan. Untuk apa? Toh di situ-situ juga, Kami pasti hafal. Rumah sembarang menghadap ke kanan ke kiri. Di sekitarnya ada sedikit lahan kosong, cukup untuk bermain pasaran atau gerobak sodor.

Meski dusun ini amat sederhana, orang-orangnya ramah. Simbah-simbah juga hafal anak-anak kecil, terlebih yang kerap datang ke masjid atau punya kejadian khusus macam diriku. Dihafal karena sering melompati orang sujud. Gila! Tentu aku tidak ingat bagian ini andai saja mereka tak mengungkitnya di tiap temu Idul Fitri. Aku hanya bisa menyembunyikan muka dan ber-hehe sekenanya.

Sebelum berbicara tentang tetangga, biar kuberi tahu bahwa aku termasuk orang yang jarang sakit. Sewaktu kuliah aku sempat opname karena terjangkit demam berdarah. Tentu kabar itu mudah tersebar di desa. Pun sepulang dari rumah sakit aku juga masih butuh waktu rehat sejenak di rumah.

"Ayo keluar sebentar, ada tamu" panggil ibuku selepas Maghrib. Sontak aku kaget begitu melihat ke luar. Rumah mendadak ramai oleh putih-putih. Oh tenang saja, bukan mbak kunti. Tapi jama'ah putri masjid yang berkunjung ke rumahku.

Aku terduduk dengan wajah masih setengah pucat. Setelah memastikan semua orang kusalami, tangan mereka tiba-tiba menengadah ke atas lalu komat-kamit. Setelah itu tersenyum lagi, menanyakan apakah kabarku baik-baik saja. Selepas doa terasa cukup, ibu-ibu tadi pamit pulang.

Aku takjub, salut, dan merasa sangat bersyukur. Di desa yang sederhana ini, kepedulian hadir tidak hanya pada acara besar desa. Meskipun aku bukan siapa-siapa mereka. Cuma seorang tetangga. Tapi di desaku, setiap ada luka, bersiap saja! Serangkai doa akan mengetuk rumahmu tiba-tiba.

#30haribercerita

You May Also Like

0 comments